Radang tenggorokan merupakan kondisi yang cukup umum dan bisa dialami oleh siapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Kondisi ini biasanya ditandai dengan rasa nyeri, gatal, atau panas di area tenggorokan, terutama saat menelan atau berbicara. Meski sering dianggap ringan, penting untuk memahami penyebabnya karena penanganan yang tepat sangat bergantung pada faktor pemicu di baliknya. Secara umum, penyebab radang tenggorokan terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu penyebab infeksi dan non-infeksi.
1. Infeksi virus dan bakteri:
Sebagian besar kasus radang tenggorokan disebabkan oleh infeksi virus, seperti virus influenza, rhinovirus (penyebab flu biasa), adenovirus, atau virus corona. Infeksi virus biasanya disertai dengan gejala tambahan seperti demam ringan, batuk, hidung tersumbat, hingga sakit kepala. Di sisi lain, radang tenggorokan juga bisa dipicu oleh infeksi bakteri, terutama bakteri Streptococcus pyogenes, yang menyebabkan radang tenggorokan streptokokus. Gejalanya cenderung lebih berat, seperti demam tinggi, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, dan bintik-bintik merah di langit-langit mulut.
2. Iritasi non-infeksi:
Paparan asap rokok, polusi udara, debu, atau bahan kimia dapat mengiritasi tenggorokan dan memicu peradangan. Udara yang terlalu kering, terutama di ruangan ber-AC atau selama musim kemarau, juga bisa menyebabkan tenggorokan menjadi kering dan nyeri. Selain itu, penggunaan suara secara berlebihan—seperti berteriak, menyanyi, atau berbicara lama dalam waktu panjang—dapat menegangkan pita suara dan menimbulkan radang.
3. Refluks asam lambung (GERD):
Tak banyak yang menyadari bahwa asam lambung yang naik ke kerongkongan juga bisa menyebabkan iritasi tenggorokan, terutama saat tidur. Kondisi ini dikenal sebagai refluks asam lambung atau GERD. Ketika cairan asam dari lambung menyentuh jaringan tenggorokan, hal ini dapat menimbulkan rasa panas, perih, dan nyeri yang mirip dengan radang tenggorokan akibat infeksi.
4. Alergi dan kondisi medis lain:
Alergi terhadap serbuk sari, debu, bulu hewan, atau jamur dapat menyebabkan postnasal drip, yaitu lendir dari hidung yang menetes ke belakang tenggorokan. Hal ini memicu iritasi kronis yang sering kali disalahartikan sebagai radang tenggorokan biasa. Selain itu, gangguan imunitas, tumor tenggorokan, dan konsumsi makanan terlalu panas atau pedas juga bisa memperburuk kondisi tenggorokan.
Karena penyebabnya sangat beragam, penting untuk tidak menganggap sepele radang tenggorokan, terutama jika berlangsung lebih dari beberapa hari atau disertai gejala lain seperti demam tinggi, suara serak yang tidak membaik, atau kesulitan menelan. Dengan mengetahui penyebab pastinya, kita bisa lebih tepat dalam memilih solusi yang sesuai—baik itu pengobatan alami, perubahan gaya hidup, maupun perawatan medis yang diperlukan.